PERKEMBANGAN MANAJEMEN.
A. LATAR BELAKANG MAKALAH
Seperti diketahui ilmu manajemen
berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan pemahaman kepada
kita tentang pendekatan ataupun tata
cara penting dalam rneneliti, menganalisis dan memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer.
Sesungguhnya mulai kapan teori manajemen itu ada?
Yaitu mulai sejak para pelaku usaha berkecimpung memikirkan upaya terbaik dalam
aktifitas manajemen tertuang dalam sejarah perkembangan manajemen dalam kurun
waktu tertentu. Manajemen adalah praktik melaksanakan usah terbaik sehingga
dari sejarah pemikiran manajemen kita dapat belajar dari kegagalan dan
keberhasilan orang-orang terdahulu yang menerapkan konsep manajemen berdasarkan
pemikiran pada kurun waktu tertentu dengan kasus tertentu pula.
Dalam pendidikan,
manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber
pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktivitas, bukan sebagai
individu, agar konsisten dengan istilah administrasi dengan administrator
sebagai pelaksananya dan supervisi dengan supervisor sebagai pelaksananya.
Kepala sekolah misalnya bisa berperan sebagai administrator dalam mengemban mis
atasan, sebagai manajer dalam memadukan sumber-sumber pendidikan, dan sebagai
supervisor dalam membina guru-guru pada proses belajar mengajar.
Makalah ini memberikan penjelasan tentang sejarah dan gambaran bagaimana aliran
pikiran manusia tentang manajemen dari masa ke masa. Makalah
ini juga membahas tentang terjadinya perkembangan ilmu manajemen. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman yang ingin
mempelajari ilmu manajemen lebih lanjut.
B. TUJUAN MAKALAH
Tujuan Penulisan
makalah ini adalah untuk memahami tentang:
1.
Sejarah
Manajemen.
2.
Perkembangan teori manajemen.
3.
Aplikasi manajemen terhadap pendidikan
C. PEMBAHASAN
1. Sejarah Manajemen
Sesungguhnya
manajemen sudah ada sejak jaman dahulu, salah satu bukti adalah Piramida di
Mesir. Adanya bangunan Piramida di Mesir menunjukkan bahwa pada zaman dulu
telah ada serangkaian kegiatan yang diatur sedemikian rupa, mengikuti
tahapan-tahapan tertentu yang telah disiapkan hingga bangunan Piramida yang megah
di tengah gurun pasir dapat menjadi decak kagum masyarakat dis seluruh dunia
dari dulu hingga kini. Dari sejarah dapat kita ketahui bahwa tidak kurang dari
ribuan orang telah terlibat dalam pembangunan Piramida di Mesir.
Selain Piramida di Mesir, ada
juga benteng raksasa yang berdiri sepanjang ribuan kilometer di Cina. Benteng
ini juga menunjukkan betapa orang-orang Cina dahulu telah melakukan kegiatan
manajemen (dalam bentuk apapun kegiatan manajemen tersebut sehingga bangunan
benteng yang kokoh dapat tetap bertahan hingga hari ini. Selain itu juga Candi
Borobudur di Indonesia, dan masih banyak contoh bangunan-bangunan kuno yang
sangat rumit bisa dibangun oleh nenek monyang kita. Dari bukti-bukti tersebut
dapat dilihat bagaimana orang-orang dahulu telah menerapkan manajemen.
Secara keilmuan, manajemen baru
terumuskan kurang lebih di abad 18 atau awal abad 19 Masehi. Diantara
tokoh-tokoh yang mula-mula memperkenalkan manajemen secara keilmuan adalah
Robert Owen (1771-1858) dan Charles Babbage (1972-1871). Owen seorang pembaru
dan indrustrialisasi dari Inggris adalah di antara tokoh pertama yang
menyatakan perlunya sumber daya manusia di dalam organisasi dan kesejahteraan
pekerja. Sedangkan Babbage seorang ahli matematika dari Inggris orang yang
pertama kali berbicara mengenai pentingnya efisiensi dalam proses produksi. Dia
meyakini akan perlunya pembagian kerja dan perlunya penggunaan matematika dalam
efisiensi penggunaan fasilitas dan material produksi (Ernie dan Saefullah: 2005).
Dengan demikian bisa
dikatakan Robert Owen dan Charles Babbage adalah pionir dalam ilmu manajemen.
2. Perkembangan Teori Manajemen
Apa yang telah
dikenalkan oleh Owen dan Babbage pada akhir abad 19 memberikan kontribusi yang
berharga bagi para praktisi manajemen bahwa organisasi bisnis perlu dikelola
secara benar, terutama jika organisasi tersebut berskala besar dan melibatkan
banyak sekali orang dan sumber daya yang harus dikelola. Kontribusi Owen dan
Babbage seolah telah membukakan mata para praktisi bisnis pada saat itu
bagaimana seharusnya bisnis dijalankan. Bermunculan pula setelah itu berbagai
teori-teori dalam ilmu manajemen.
Perkembangan pemikiran manajemen sebagai praktik
yang dilandasi konsep teori (Tim
Dosen Administrasi Pendidikan: 2009) adalah sebagai berikut:
a.
Teori Manajemen Aliran Klasik
Frederick W Taylor, Henry L Gantt, Frank Bunker Gillberth
dan Lilian Gillberth adalah tokoh-tokoh dibalik teori manajemen ilimiah. Mereka
memikirkan suatu cara meningkatkan produktivitas dengan menangani kondisi
kekurangan tenaga terampil melalui efisiensi para pekerja.
Taylor disebut sebagai “bapak manajemen ilmiah” dengan
karyanya “scientific management” yang telah memberikan prinsip-prinsip dasar
penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah
teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar yang
dikembangkan Taylor
adalah:
1.
Pengembangan metode ilimah alam
manajemen agar suatu perkejaan dapat ditentukan metode pencapaian tujuannya
secara maksimal.
2.
Seleksi ilmiah untuk karyawan agar para
karyawan dapat diberika tugas dan tanggung jawab sesuai keahlian.
3.
Pendidikan dan pengembangan karyawan.
4.
Kerjasama yang harmonis antara manajemen
dan para karyawan.
Teknik yang digunakan untuk melaksanakan prinsip tersebut
adalah melalui studi gerak dan waktu (time and motion studies), pengawasan
fungsional, system tariff berbeda yaitu karywan yang lebih produktif dan
efisien mendapatkna gaji lebih besar dari yang lainnya.
Kontribusi terbesar dari Gantt adalah dengan menghasilkan
metode grafik sebagai teknik scheduling produksi untu perencanaan, koordinasi
dan pengawasan produksi yang popular dengan sebutan “Bagan Gantt”.
b.
Teori Manajemen Organisasi
Henry Fayol merupakan tokoh teori manajemen organisasi yang
dikenal dengan julukan Bapak teori manajemen modern. Dalam bukunya yang
berjudul Administration Industrielle et Generale (Administrasi Industri dan
Umum) Fayol membagi aktifivtas-aktivitas industrial dalam enam klompok yaitu
teknikal, komersial, financial, keamanan, kepastian, akunting dan manajerial.
Ia adalah perumus empat belas prinsip manajemen yaitu:
1)
Pembagian kerja
2)
Wewenang
3)
Disiplin
4)
Kesatuan perintah
5)
Kesatuan pengarahan
6)
Meletakan kepentingan perseorangan di
bawah kepentingan umum
7)
Balas jasa/imbalan
8)
Sentralisasi
9)
Rantai scalr/khirarki
10) Order/susunan
11) Keadilan
12) Stabilitas
staf organisasi
13) Inisiatif
14) Esprit
de corps (semangat korps)
Fayol
percaya bahwa melalui penguasaan keterampilan dan prinsip dasar manajemen orang
yang mendalaminya dapat menjadi manajer yang baik.
c.
Teori Aliran Perilaku (1924-1940)
Elton Mayo dan F.J. Roethlisberger melakukan studi tentang
perilaku manusia dalam bermacam situasi kerja di pabrik Hawthorner milik
perusahaan Western Electric dengan temuan bahwa kelompok kerja informal
lingkungan sosial karyawan memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas.
McGregor memandang perlu adanya perhatian pada kebutuhan
sosial dan aktualisasi diri karyawan dengan menjunjukan dua kategori manusia
yaitu manusia X dan manjusia Y atau lebih dikenal dengan teori X dan teori Y.
Manusia tipe X adalah manusia yang harus selalu diawasasi agar mau melakukan
usaha dalam pekerjaan mereka. Sedangkan manusia Y sebaliknya, ia bersemangat
bekerja sebagai kesempatan untuk mengaktualisasikan diri tanpa ada pengawasan
sekalipun.
Di samping penelitian yang focus terhadap perilaku manusia,
dikembangkan juga aliran perilaku organisasi yang memandang bahwa hubungan
manusia dalam manajemen berada dalam konteks organisasi. Diantara tokohnya
adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg, Edgar Schein.
Aliran perilaku organisasi menganut prinsip bahwa:
1)
Organisasi adalah satu keseluruhan
jangan dipandang bagian perbagian.
2)
Motivasi karyawan sangat penting yang
menghasilkan komitmen untuk pencapaian tujuan organisasi.
3)
Manajemen tidak dapat dipandang sebagai
suatu proses teknis secara ketat (peranan, prosedur dan prinsip).
d.
Teori Manajemen Kontemporer.
Beberapa pendekatan sudah dibicarakan dimuka, dimana pendekatan-pendekatan
tersebut mengalami perkembangan. Ada beberapa perkembangan yang cenderung
mengintegrasikan pendekatan-pendekatan sebelumnya, menjadikan batas-batas
pendekatan yang telah dibicarakan menjadi tidak jelas. Namun demikian ada
pendekatan yang tetap berakar pada pendekatan-pendekatan tertentu. Bagian
berikut ini akan membicarakan pendekatan baru dalam manajemen :
1. Pendekatan
Sistem (1940-sekarang)
Pendekatan sistem memandang bahwa organisasi sebagai sistem
yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian/komponen-komponen yang
saling berkaitan. Chester I Barnard menjelaskan dalam “the functions of the
executive” bahwa tugas manajer adalah menyarankan pendekatan sistem sosial
komprehensif dalam aktifitas “managing”.
Komponen-komponen/bagian-bagian tersebut tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait,
terika, memperngaruhi, membutuhkan, dan menentukan. Oleh karena itu harus
disadari bahwa perubahan satu komponen akan berpengaruh terhadap
komponen-komponen lainnya. Dengan demikian berpikir dan bertindak system
berarti tidak memandang komponen secara parsial, tetapi saling terpadu satu
sama lain secara sinergi.
Sinergi berarti bahwa keseluruhan lebih besar daripada
jumlah dari bagian-bagiannya. System yang sinergi adalah tiap-tiap unti atau
bagian-bagian bekerja dengan serius dalam tatanannya dan menyadari secara penuh
dan bertanggung jawab terhadap kemajuan system secara umum.
Sistem memiliki makna bahwa (1) suatu system terdiri atas
bagian-bagian yang saling terkait satu dengan yang lainnya, (2) bagian-bagian
yang saling hubung itu dapat berkerja dan berfungsi secara independent atau
bersama-sama, (3) berfungsinya bagian-bagian tersebut ditujukan untuk mencapai
tujuan umum dari keseluruhan (sinergi), (4) suatu system yang terdiri atas
bagian-bagian yang saling hubung tersebut berada dalam suatu lingkungan yang
kompleks.
2.
Pendekatan Kontingensi atau Pendekatan
Situsional (1950-sekarang)
Pendekatan kontingensi atau pendekatan situasional adalah
suatu aliran teori manajemen yang menekankan pada situasi atau kondisi tertentu
yang dihadapi. Tidak seluruh metode manajemen ilmiah dapat diterapkan untuk
seluruh situasi begitupun tidak selalu hubungan manusiawi yang perlu ditekankan
karena adakalanya pemecahan yang efektif melalui pendekatan kauantitatif. Itu
semua sangat tergantung pada karakteristik situasi yang dihadapi dan tujuan
yang ingin dicapai.
3. Aplikasi Manajemen Terhadap
Pendidikan
Sejak zaman orde lama, orde baru sampai
sekarang zaman reformasi, sistem pendidikan Nasional kita masih belum mempunyai
perubahan yang signifikan. Persoalan pendidikan di Indonesia dewasa ini sangat
kompleks. Permasalahan yang besar antara lain menyangkut persoalan mutu
pendidikan, pemerataan pendidikan, dan manajemen pendidikan. Mengenai mutu
pendidikan menurut Paul Suparno adalah masalah mengenai kurikulum, proses
pembelajaran, evaluasi, buku ajar, mutu guru, sarana dan prasarana. Termasuk
pemerataan pendidikan adalah masih banyaknya anak umur sekolah yang tidak dapat
menikmati pendidikan formal di sekolah. Sedang persoalan manajemen pendidikan
adalah menyangkut segala macam pengaturan pendidikan seperti otonomi
pendidikan, birokrasi, dan transparansi agar kualitas dan
pemerataan pendidikan dapat terselesaikan. karena bagaimanapun juga ketika sebuah
intitusi pendidikan tidak mempunyai sistim manajemen pendidikan yang baik, maka
dapat dipastikan mutu pendidikannya pun bisa jadi tidak baik pula. Sebagaimana
yang dirasakan dalam sistem manajemen pendidikan kita dewasa ini. Seperti
halnya sistem manajemen yang ditemukan oleh tokoh-tokoh manajemen, yaitu (POAC)
Planning, Organizing, Actuating, dan Controling. Adalah sistem manajemen yang
sangat luar biasa ketika itu dilakasanakan dengan sempurna.
Sebagaimana dijelaskan oleh H.A.R Tilaar, bahwa di dalam sistem pendidikan
sekurang-kurangnya berisi faktor-faktor biaya, pengelola, institusi, dan sistem
manajemennya. Sistem manajemen pendidikan kita (era orde lama dan orde
baru) masih terlalu sentralistik (pemerintah pusat), sebagaimana kita tahu bahwa
suatu sistem yang sentralistik dan birokratik, maka ruang-gerak untuk inovasi
sangat terbatas. Demikian pula kreativitas dari para pendidiknya boleh
dikatakan menjadi hilang karena segala sesuatu telah ditentukan menurut
garis-garis yang ditentukan. Sehingga apa yang diinginkan daerah (lembaga
pendidikan) tidak tercapai karena sifat yang sentralistik tersebut. Hasilnya
adalah jumlah out-put banyak namun itu menambah pengangguran yang banyak pula.
Pada
era reformasi mulai muncul Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) seiring dengan
bergulirnya otonomi daerah. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam
bahasa Inggris disebut ”School Based Management” merupakan
strategi yang jitu untuk mencapai manajemen sekolah yang efektif dan efisien.
Disamping itu dalam sebuah sekolah, tanggung jawab pokok
untuk pembentukan moral dan intelektual akhirnya tidak terletak pada salah satu
prosedur atau kegiatan baik intra-kurikuler maupun ekstra-kurikuler, akan
tetapi terletak pada pengajarnya. Sekolah merupakan kebersamaan bersemuka,
tempat hubungan personel otentik antara pengajar dan pelajar dapat berkembang.
Tanpa persahabatan ragam itu banyak kekuatan dari pendidikan dan pengajaran
akan menghilang. Hubungan saling percaya dan persahabatan otentik antara
pengajar dan pelajar merupakan syarat mutlak pertumbuhan sejati dari komitmen
kepada nilai-nilai. Proses itu semua akan terwujud ketika berada dalam ruang
lingkup manajemen yang baik, dan ini menurut J. Drost, SJ akan terwujud dalam
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
D. KESIMPULAN
1.
Manajemen Pendidikan sebenarnya berkembang dan mengadopsi dari teori
Manajemen di bidang ekonomi. Teori Manajemen pada awalnya dikembangkan oleh
tokoh-tokoh yang bergerak dalam bidang bisnis.
2.
Perkembangan teori manajemen dimulai
dari teori manajemen klasik dengan pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor dan
teori organisasi klasik dari Mayo. Manajemen ilmiah menekankan pada upaya
menemukan metode terbaik untuk melakukan tugas manajemen secara ilmiah.
Sedangkan teori organisasi klasik menekankan pada kebutuhan mengelola
organisasi yang kompleks yang mefokuskan pada upaya menetapkan dan menerapkan
prinsip dan ketrampilan yang mendasari manajemen yang efektif . perkembangan
yang memberik focus yang sangat berbeda dari teori manajemen klasik disebut
teori manajemen neoklasik yang ditandai dengan perubahan fokus manajemen yang
lebih menekankan pada perilaku baik pada perilaku manusia maupun perilaku
organisasi. Manajemen yang baik menurut teori neo klasik ini adalah manajemen
yang mefokuskan diri pada pengelolaan staf secara efektif yang didasari akan
pemahaman yang mendalam dari segi sosiologis maupun psikologis. Perkembangan
selanjutnya yaitu dengan menekankan pendekatan sistem yang dipersatukan dan diarahkan
dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan. Namun saat ini
penerapan manajemen didasarkan pada pendekatan kontingensi yang memadukan
antara aliran ilmiah dengan perilaku dalam suatu sistem yang diterapkan menurut
situasi dan lingkungan yang dihadapai.
3.
Perkembangan manajemen pendidikan di Indonesia pada orde baru sangat
diwarnai dengan manajemen yang sentralistik, kemudian pada perkembangannya pada
era reformasi berkembang menjadi desentralisasi atau dikenal dengan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) yang intinya sekolah diberi wewenang untuk mengatur semua
kegiatan sekolah. Ini seiring dengan pemberian wewenang pemerintah pusat pada
pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Magribi, Imam.
2010. Pandangan Manajemen Secara Umum. Diambil
Kembali pada Febuari 27, 2012 dari (http://books.google.co.id).
Pidarta, Made, DR.
1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Sule, Ernie Trisnawati,
Kurniawan Saefulloh. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta:
Prenada Media Group.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.www.wikipedia.org.