Jumat, 27 April 2012

PERKEMBANGAN MANAJEMEN.

PERKEMBANGAN MANAJEMEN.
 
A.    LATAR BELAKANG  MAKALAH
Seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata
cara penting dalam rneneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer.
Sesungguhnya mulai kapan teori manajemen itu ada? Yaitu mulai sejak para pelaku usaha berkecimpung memikirkan upaya terbaik dalam aktifitas manajemen tertuang dalam sejarah perkembangan manajemen dalam kurun waktu tertentu. Manajemen adalah praktik melaksanakan usah terbaik sehingga dari sejarah pemikiran manajemen kita dapat belajar dari kegagalan dan keberhasilan orang-orang terdahulu yang menerapkan konsep manajemen berdasarkan pemikiran pada kurun waktu tertentu dengan kasus tertentu pula.
Dalam pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktivitas, bukan sebagai individu, agar konsisten dengan istilah administrasi dengan administrator sebagai pelaksananya dan supervisi dengan supervisor sebagai pelaksananya. Kepala sekolah misalnya bisa berperan sebagai administrator dalam mengemban mis atasan, sebagai manajer dalam memadukan sumber-sumber pendidikan, dan sebagai supervisor dalam membina guru-guru pada proses belajar mengajar.
Makalah ini memberikan penjelasan tentang sejarah dan gambaran bagaimana aliran pikiran manusia tentang manajemen dari masa ke masa. Makalah ini juga membahas tentang terjadinya perkembangan ilmu manajemen. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman yang ingin mempelajari ilmu manajemen lebih lanjut.

B.     TUJUAN  MAKALAH
         Tujuan Penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang:
1.         Sejarah Manajemen.
2.         Perkembangan teori manajemen.
3.         Aplikasi manajemen terhadap pendidikan
C.    PEMBAHASAN
1.      Sejarah Manajemen
          Sesungguhnya manajemen sudah ada sejak jaman dahulu, salah satu bukti adalah Piramida di Mesir. Adanya bangunan Piramida di Mesir menunjukkan bahwa pada zaman dulu telah ada serangkaian kegiatan yang diatur sedemikian rupa, mengikuti tahapan-tahapan tertentu yang telah disiapkan hingga bangunan Piramida yang megah di tengah gurun pasir dapat menjadi decak kagum masyarakat dis seluruh dunia dari dulu hingga kini. Dari sejarah dapat kita ketahui bahwa tidak kurang dari ribuan orang telah terlibat dalam pembangunan Piramida di Mesir.
          Selain Piramida di Mesir, ada juga benteng raksasa yang berdiri sepanjang ribuan kilometer di Cina. Benteng ini juga menunjukkan betapa orang-orang Cina dahulu telah melakukan kegiatan manajemen (dalam bentuk apapun kegiatan manajemen tersebut sehingga bangunan benteng yang kokoh dapat tetap bertahan hingga hari ini. Selain itu juga Candi Borobudur di Indonesia, dan masih banyak contoh bangunan-bangunan kuno yang sangat rumit bisa dibangun oleh nenek monyang kita. Dari bukti-bukti tersebut dapat dilihat bagaimana orang-orang dahulu telah menerapkan manajemen.
          Secara keilmuan, manajemen baru terumuskan kurang lebih di abad 18 atau awal abad 19 Masehi. Diantara tokoh-tokoh yang mula-mula memperkenalkan manajemen secara keilmuan adalah Robert Owen (1771-1858) dan Charles Babbage (1972-1871). Owen seorang pembaru dan indrustrialisasi dari Inggris adalah di antara tokoh pertama yang menyatakan perlunya sumber daya manusia di dalam organisasi dan kesejahteraan pekerja. Sedangkan Babbage seorang ahli matematika dari Inggris orang yang pertama kali berbicara mengenai pentingnya efisiensi dalam proses produksi. Dia meyakini akan perlunya pembagian kerja dan perlunya penggunaan matematika dalam efisiensi penggunaan fasilitas dan material produksi (Ernie dan Saefullah: 2005).
          Dengan demikian bisa dikatakan Robert Owen dan Charles Babbage adalah pionir dalam ilmu manajemen.


2.      Perkembangan Teori Manajemen
          Apa yang telah dikenalkan oleh Owen dan Babbage pada akhir abad 19 memberikan kontribusi yang berharga bagi para praktisi manajemen bahwa organisasi bisnis perlu dikelola secara benar, terutama jika organisasi tersebut berskala besar dan melibatkan banyak sekali orang dan sumber daya yang harus dikelola. Kontribusi Owen dan Babbage seolah telah membukakan mata para praktisi bisnis pada saat itu bagaimana seharusnya bisnis dijalankan. Bermunculan pula setelah itu berbagai teori-teori dalam ilmu manajemen.
Perkembangan pemikiran manajemen sebagai praktik yang dilandasi konsep teori (Tim Dosen Administrasi Pendidikan: 2009) adalah sebagai berikut:

a.       Teori Manajemen Aliran Klasik
          Frederick W Taylor, Henry L Gantt, Frank Bunker Gillberth dan Lilian Gillberth adalah tokoh-tokoh dibalik teori manajemen ilimiah. Mereka memikirkan suatu cara meningkatkan produktivitas dengan menangani kondisi kekurangan tenaga terampil melalui efisiensi para pekerja.
          Taylor disebut sebagai “bapak manajemen ilmiah” dengan karyanya “scientific management” yang telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar yang dikembangkan Taylor adalah:
1.      Pengembangan metode ilimah alam manajemen agar suatu perkejaan dapat ditentukan metode pencapaian tujuannya secara maksimal.
2.      Seleksi ilmiah untuk karyawan agar para karyawan dapat diberika tugas dan tanggung jawab sesuai keahlian.
3.      Pendidikan dan pengembangan karyawan.
4.      Kerjasama yang harmonis antara manajemen dan para karyawan.

          Teknik yang digunakan untuk melaksanakan prinsip tersebut adalah melalui studi gerak dan waktu (time and motion studies), pengawasan fungsional, system tariff berbeda yaitu karywan yang lebih produktif dan efisien mendapatkna gaji lebih besar dari yang lainnya.
          Kontribusi terbesar dari Gantt adalah dengan menghasilkan metode grafik sebagai teknik scheduling produksi untu perencanaan, koordinasi dan pengawasan produksi yang popular dengan sebutan “Bagan Gantt”.

b.      Teori Manajemen Organisasi
          Henry Fayol merupakan tokoh teori manajemen organisasi yang dikenal dengan julukan Bapak teori manajemen modern. Dalam bukunya yang berjudul Administration Industrielle et Generale (Administrasi Industri dan Umum) Fayol membagi aktifivtas-aktivitas industrial dalam enam klompok yaitu teknikal, komersial, financial, keamanan, kepastian, akunting dan manajerial. Ia adalah perumus empat belas prinsip manajemen yaitu:
1)      Pembagian kerja
2)      Wewenang
3)      Disiplin
4)      Kesatuan perintah
5)      Kesatuan pengarahan
6)      Meletakan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum
7)      Balas jasa/imbalan
8)      Sentralisasi
9)      Rantai scalr/khirarki
10)  Order/susunan
11)  Keadilan
12)  Stabilitas staf organisasi
13)  Inisiatif
14)  Esprit de corps (semangat korps)
    Fayol percaya bahwa melalui penguasaan keterampilan dan prinsip dasar manajemen orang yang mendalaminya dapat menjadi manajer yang baik.

c.        Teori Aliran Perilaku (1924-1940)
          Elton Mayo dan F.J. Roethlisberger melakukan studi tentang perilaku manusia dalam bermacam situasi kerja di pabrik Hawthorner milik perusahaan Western Electric dengan temuan bahwa kelompok kerja informal lingkungan sosial karyawan memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas.
          McGregor memandang perlu adanya perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi diri karyawan dengan menjunjukan dua kategori manusia yaitu manusia X dan manjusia Y atau lebih dikenal dengan teori X dan teori Y. Manusia tipe X adalah manusia yang harus selalu diawasasi agar mau melakukan usaha dalam pekerjaan mereka. Sedangkan manusia Y sebaliknya, ia bersemangat bekerja sebagai kesempatan untuk mengaktualisasikan diri tanpa ada pengawasan sekalipun.
          Di samping penelitian yang focus terhadap perilaku manusia, dikembangkan juga aliran perilaku organisasi yang memandang bahwa hubungan manusia dalam manajemen berada dalam konteks organisasi. Diantara tokohnya adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg, Edgar Schein.
          Aliran perilaku organisasi menganut prinsip bahwa:
1)      Organisasi adalah satu keseluruhan jangan dipandang bagian perbagian.
2)      Motivasi karyawan sangat penting yang menghasilkan komitmen untuk pencapaian tujuan organisasi.
3)      Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknis secara ketat (peranan, prosedur dan prinsip).
d.         Teori Manajemen Kontemporer.
Beberapa pendekatan sudah dibicarakan dimuka, dimana pendekatan-pendekatan tersebut mengalami perkembangan. Ada beberapa perkembangan yang cenderung mengintegrasikan pendekatan-pendekatan sebelumnya, menjadikan batas-batas pendekatan yang telah dibicarakan menjadi tidak jelas. Namun demikian ada pendekatan yang tetap berakar pada pendekatan-pendekatan tertentu. Bagian berikut ini akan membicarakan pendekatan baru dalam manajemen :
1. Pendekatan Sistem (1940-sekarang)
          Pendekatan sistem memandang bahwa organisasi sebagai sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian/komponen-komponen yang saling berkaitan. Chester I Barnard menjelaskan dalam “the functions of the executive” bahwa tugas manajer adalah menyarankan pendekatan sistem sosial komprehensif dalam aktifitas “managing”.
          Komponen-komponen/bagian-bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terika, memperngaruhi, membutuhkan, dan menentukan. Oleh karena itu harus disadari bahwa perubahan satu komponen akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya. Dengan demikian berpikir dan bertindak system berarti tidak memandang komponen secara parsial, tetapi saling terpadu satu sama lain secara sinergi.
          Sinergi berarti bahwa keseluruhan lebih besar daripada jumlah dari bagian-bagiannya. System yang sinergi adalah tiap-tiap unti atau bagian-bagian bekerja dengan serius dalam tatanannya dan menyadari secara penuh dan bertanggung jawab terhadap kemajuan system secara umum.
          Sistem memiliki makna bahwa (1) suatu system terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait satu dengan yang lainnya, (2) bagian-bagian yang saling hubung itu dapat berkerja dan berfungsi secara independent atau bersama-sama, (3) berfungsinya bagian-bagian tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan umum dari keseluruhan (sinergi), (4) suatu system yang terdiri atas bagian-bagian yang saling hubung tersebut berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.

2.      Pendekatan Kontingensi atau Pendekatan Situsional (1950-sekarang)
          Pendekatan kontingensi atau pendekatan situasional adalah suatu aliran teori manajemen yang menekankan pada situasi atau kondisi tertentu yang dihadapi. Tidak seluruh metode manajemen ilmiah dapat diterapkan untuk seluruh situasi begitupun tidak selalu hubungan manusiawi yang perlu ditekankan karena adakalanya pemecahan yang efektif melalui pendekatan kauantitatif. Itu semua sangat tergantung pada karakteristik situasi yang dihadapi dan tujuan yang ingin dicapai.

3.    Aplikasi Manajemen Terhadap Pendidikan
            Sejak zaman orde lama, orde baru sampai sekarang zaman reformasi, sistem pendidikan Nasional kita masih belum mempunyai perubahan yang signifikan. Persoalan pendidikan di Indonesia dewasa ini sangat kompleks. Permasalahan yang besar antara lain menyangkut persoalan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, dan manajemen pendidikan. Mengenai mutu pendidikan menurut Paul Suparno adalah masalah mengenai kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku ajar, mutu guru, sarana dan prasarana. Termasuk pemerataan pendidikan adalah masih banyaknya anak umur sekolah yang tidak dapat menikmati pendidikan formal di sekolah. Sedang persoalan manajemen pendidikan adalah menyangkut segala macam pengaturan pendidikan seperti otonomi pendidikan, birokrasi, dan transparansi agar kualitas dan pemerataan pendidikan dapat terselesaikan. karena bagaimanapun juga ketika sebuah intitusi pendidikan tidak mempunyai sistim manajemen pendidikan yang baik, maka dapat dipastikan mutu pendidikannya pun bisa jadi tidak baik pula. Sebagaimana yang dirasakan dalam sistem manajemen pendidikan kita dewasa ini. Seperti halnya sistem manajemen yang ditemukan oleh tokoh-tokoh manajemen, yaitu (POAC) Planning, Organizing, Actuating, dan Controling. Adalah sistem manajemen yang sangat luar biasa ketika itu dilakasanakan dengan sempurna.
Sebagaimana dijelaskan oleh H.A.R Tilaar, bahwa di dalam sistem pendidikan sekurang-kurangnya berisi faktor-faktor biaya, pengelola, institusi, dan sistem manajemennya. Sistem manajemen pendidikan kita (era orde lama dan orde baru) masih terlalu sentralistik (pemerintah pusat), sebagaimana kita tahu bahwa suatu sistem yang sentralistik dan birokratik, maka ruang-gerak untuk inovasi sangat terbatas. Demikian pula kreativitas dari para pendidiknya boleh dikatakan menjadi hilang karena segala sesuatu telah ditentukan menurut garis-garis yang ditentukan. Sehingga apa yang diinginkan daerah (lembaga pendidikan) tidak tercapai karena sifat yang sentralistik tersebut. Hasilnya adalah jumlah out-put banyak namun itu menambah pengangguran yang banyak pula.
Pada era reformasi mulai muncul Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) seiring dengan bergulirnya otonomi daerah. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam bahasa Inggris disebut ”School Based Management” merupakan strategi yang jitu untuk mencapai manajemen sekolah yang efektif dan efisien.
Disamping itu dalam sebuah sekolah, tanggung jawab pokok untuk pembentukan moral dan intelektual akhirnya tidak terletak pada salah satu prosedur atau kegiatan baik intra-kurikuler maupun ekstra-kurikuler, akan tetapi terletak pada pengajarnya. Sekolah merupakan kebersamaan bersemuka, tempat hubungan personel otentik antara pengajar dan pelajar dapat berkembang. Tanpa persahabatan ragam itu banyak kekuatan dari pendidikan dan pengajaran akan menghilang. Hubungan saling percaya dan persahabatan otentik antara pengajar dan pelajar merupakan syarat mutlak pertumbuhan sejati dari komitmen kepada nilai-nilai. Proses itu semua akan terwujud ketika berada dalam ruang lingkup manajemen yang baik, dan ini menurut J. Drost, SJ akan terwujud dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

D.    KESIMPULAN
1.             Manajemen Pendidikan sebenarnya berkembang dan mengadopsi dari teori Manajemen di bidang ekonomi. Teori Manajemen pada awalnya dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang bergerak dalam bidang bisnis.
2.             Perkembangan teori manajemen dimulai dari teori manajemen klasik dengan pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor dan teori organisasi klasik dari Mayo. Manajemen ilmiah menekankan pada upaya menemukan metode terbaik untuk melakukan tugas manajemen secara ilmiah. Sedangkan teori organisasi klasik menekankan pada kebutuhan mengelola organisasi yang kompleks yang mefokuskan pada upaya menetapkan dan menerapkan prinsip dan ketrampilan yang mendasari manajemen yang efektif . perkembangan yang memberik focus yang sangat berbeda dari teori manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang ditandai dengan perubahan fokus manajemen yang lebih menekankan pada perilaku baik pada perilaku manusia maupun perilaku organisasi. Manajemen yang baik menurut teori neo klasik ini adalah manajemen yang mefokuskan diri pada pengelolaan staf secara efektif yang didasari akan pemahaman yang mendalam dari segi sosiologis maupun psikologis. Perkembangan selanjutnya yaitu dengan menekankan pendekatan sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan. Namun saat ini penerapan manajemen didasarkan pada pendekatan kontingensi yang memadukan antara aliran ilmiah dengan perilaku dalam suatu sistem yang diterapkan menurut situasi dan lingkungan yang dihadapai.
3.             Perkembangan manajemen pendidikan di Indonesia pada orde baru sangat diwarnai dengan manajemen yang sentralistik, kemudian pada perkembangannya pada era reformasi berkembang menjadi desentralisasi atau dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang intinya sekolah diberi wewenang untuk mengatur semua kegiatan sekolah. Ini seiring dengan pemberian wewenang pemerintah pusat pada pemerintah daerah.










DAFTAR PUSTAKA

Magribi, Imam. 2010. Pandangan Manajemen Secara Umum. Diambil Kembali pada Febuari 27, 2012 dari (http://books.google.co.id).
Pidarta, Made, DR. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Sule, Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefulloh. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media Group.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.www.wikipedia.org.


JURNAL


The Use of PARS Strategy in Comprehendings in Recount Texts
By the First year Students of SMAN 2 Bangkinang

Nurfitriana
Guru Bahasa Inggris SD Negeri 006 Langgini-Bangkinang


Abstract: Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi terhadap berbagai kendala dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris khususnya pada skill Reading. Selama ini siswa kesulitan untuk memahami teks recount. Dalam penelitian ini, peneliti  menggunakan  strategi PARS untuk membantu siswa dalam memahami teks recount. Penelitian ini dilakukan dalam satu siklus. Dalam satu siklus dilakukan dengan empat kali pertemuan. Sebelum pertemuan pertama peneliti memberi siswa pre-test dan setelah pertemuan keempat peneliti memberi siswa post-test. Hasil analisis yang diperoleh sebelum menggunakan strategi PARS dan sesudah menggunakan strategi PARS dalam memahami text recount, kemampuan anak dalam pemahaman text recount meningkat. Hal itu dapat dilihat  dari hasil post-test lebih bagus dari hasil pre-test.   

Keyword: PARS Strategy and Comprehending Recount Text.
 

INTRODUCTION
            There are four language skills in English. They are listening, writing, reading, and speaking. Reading is one of the four skills (Columbia University, 2003). Reading is very important, as it is a means of seeking knowledge. Carrell et al. (1998:1) state that reading is the most important of the four skills in a second language, particularly in English as a second or foreign language. It means that reading becomes the most important skill to be developed in the classroom. Students must develop they reading ability because with reading we can know about world without go there directly. With reading we can feel happy and get knowledge.
Based on the writer’s observation when she did teaching practice at SMAN 2 Bangkinang, she found that the students’ ability in comprehending reading text, especially in recount text is low. It can be seen from the result of the students’ quiz in answering reading text related to recount text. In the quiz and examination, the English teacher gave multiple choice tests. She gave 20 questions. They were about factual information, main idea, the meaning of vocabulary, reference, inference. The result of the observation showed that there was no student could reach Good to excellent level. There were 4 students or 13% of the students could reach good level, 10 students or 33% of the students reach average level. There were 16 students or 54% of the students at the below average level. In addition, there was no student at the poor level. The average score of the examination was 50, 87 (average level), Meanwhile the minimum criterion (KKM) of achievement of this school is up to 60. In other words, the result of examination had not achieved the minimum criteria of achievement of English subject at SMAN 2 Bangkinang.
Based on explanation above, the writer assumes that many students still find the difficulties and problems in comprehending the text, especially their lack of vocabularies, structure and the process of understanding the ideas in the text. The difficulties may be caused by several factors such as background knowledge, interest, attitude and the teaching strategy used the teacher. It is already known that the suitable techniques and strategies can help both teacher and learners in teaching process. In this case, the writer tries to use PARS strategy in classroom especially in teaching personal and biographical recount to the students.
            Based on explanation above, the writer is interested to carry out a research entitled “The Use of PARS Strategy in Comprehending in Recount Texts by the First year Students of SMAN 2 Bangkinang”. The writer assumes that students still have problems in comprehending the reading text. The writer uses this strategy is not only to teach recount text to the students but also to solve problem in reading comprehension. Moreover, the writer hopes this strategy can improve their reading comprehension.
Considering the situation above, the writer states some research questions: Is the use of PARS Strategy effective to improve students’ reading comprehension?
Purpose of this research to increasing the student’s ability in comprehending recount text use PARS Strategy.
The advantages of this research are:
1.      For students, it can increase the student’s ability in comprehending recount text.
2.      For teacher, it can improve learning strategy in learning process toward reading, especially in increasing the student’s ability in comprehending text. So, the minimum criteria of achievement (KKM) can be better.
3.      For school, as material to increase the quality of school in learning process.
4.      For writer, the research can be added the knowledge of the writer.

THEORETICAL FRAMEWORK
Reading is an activity with purpose. People may read in order to get information or enrich their knowledge and sometimes to critique a writer’s idea or writing style. People also read for pleasure or enhance knowledge of the language being read. Getting those as the consideration, the purposes for reading guide the reader’s select better texts to read.
            According to Hornby (1999:235) comprehension means and excessive aimed at improving or testing one’s understand of a language whether written or spoken. Besides that, comprehension has the same meaning with understanding. It can be explained that comprehension is capacity to grasp meaning in a text and also the writer’s idea. It is not guarantee that the students have known the meaning of the words, they can comprehend the text. Therefore, readers should have more concentration in reading activity in order to get better understanding.
            According to Hartono (2005:6) define recount text is a report or retell of event or activity in the past. It is to inform or to entertain the readers.
            According to Sue Stubbs and K. Wood (http://book.google.co.id) the purposes of recount text is reconstruct an events, experiences, and achievements from the past in a logical sequence. Some recount will be purely informative and some others will aim to both inform and entertain.
Robinson (1970) states that the PARS is a comprehension strategy that helps students think about the text they are reading while they're reading. It means that PARS method has good concept to apply in teaching reading comprehension. Basically, PARS strategy is aimed to study well and used for the purpose of obtaining information, acquiring greater understanding, or improving a skill. But in this case, the writer will apply it on assisting the students to comprehend the reading text.
            The component of PARS reading strategy is divided into four phases:
  1. Preview
In this phase, the survey is designed to give students an overview of the content in order to help them active schema and assess their background. In surveying a chapter, student attempt to discover its content, what they already know about the topic, how interest they are content, how difficult the concepts are, and how the information is presented.
  1. Ask
The questions give students specific idea to look for while reading. Keeping a question in mind can help maintain concentration on the reading’s focus; greater concentration can then lead to improved comprehension and efficiency. Before formulating questions from the subheading, students should consider their general purposes by answering question.
  1. Reading and comprehension monitoring
Student read for answer to the question, they underline or take notes on information related to the question, as well as other information that seems important, relevant, and interesting. Read the easy bits faster and slow down for difficult new material. Stop when you need to think about what you have been reading. This activity is doing will help the readers receive the message from the text.
  1. Summarize
Students are instructed to summarize by writing a paragraph that pulls together the key points of the information read. You may review once again to focusing on summarize the main points. This activity shows your understanding in reading the text.
This study is a kind of classroom action research. The action research in the language classroom is a tool used by teacher to improve their way of teaching. It was be conducted to find out how good is the use PARS reading strategy in improving students’ reading comprehension at the first year students of SMAN 2 Bangkinang. Action research is a process in cycle. It’s mean that the teacher can apply certain in order to give improvement to student. It’s begins with planning, action, observation, evolution and reflection. The circulation can be showed as follow:
This research was located at SMA Negeri 2 Bangkinang, in academic year 2010/2011. This research was held from April to July 2010. The subjects of this research were the first year students of SMAN 2 Bangkinang Class X2, there were 32 students in this class.
In this research, the writer collects the data by distributing the test to the students. The technique will be differentiated into two ways: pre-test and post-test will be conducted to find out the ability of students’ reading comprehension before being taught by using PARS strategy. After the pre-test, students will give the treatment by using PARS strategy. Finally, the post-test
Will be conducted to find out whether there will any difference achievements after the students are taught by using PARS strategy.

RESEARCH FINDING
        An action research has purpose to find the effective way in teaching and learning process in the classroom. In addition, it is to improve the quality of education and solve the problem in teaching and learning process.
            In this thesis, the writer did four meetings for the action and two meetings for the test. The writer did two tests for the students. They are pre - test and post – test. Pre- test is done before the action and post – test is done after the first cycle is finished.
            Before the writer did the action, she gave the students a pre-test. It was done to know students’ ability in comprehending the reading texts. The object of pre-test was class X2. It consists of 32 students.
            The result of the pre-test showed that the ability of students was still low in comprehending the reading texts. The total score of the pre-test was 1413 and the mean score was 44.16. The level of ability was still poor.
            After the pre-test was conducted, the writer did two meetings in learning personal recount and two meetings in learning biographical recount. In Each meeting the writer teaches students use PARS Strategy. The steps of PARS Strategy that use teacher are:
Step 1- Preview      : In this step the students look over the text by reading the title,     pictures, summary and introduction to get an idea of what they will be learning. This activity should not take more than three minutes.
This is the steps doing before the students read the text. As a teacher interact our students to think about the title.
Step 2- Ask                 :  After the students have preview the text the title, students turn the title into a question if it is not written as one. Reading to answer a question is helpful in remembering the important information and requires focusing the reading on specific details.
                                       Some of question that will appear in the students mind like
                                       What did the title about?
                                          When the story happened?
                                             Or what do I already know about the story?
The students don’t ask directly for their teacher, therefore a teacher no doesn’t give the answer.
Step 3- Read               : Students read the section of material or text carefully and comprehensively to get more information from the text, being sure to answer the question posed by the title. And automatically the students can answer their questions that appear in their mind after read the text.
Step 4- Summarize      : The last step, when the students have finished reading, the students will be given a few minutes to summarize the material. Think over the information what they have just read to find the main point of the text.
                                       During this step, the teacher observes students as they complete this process with a partner or small group.
The post-test was done after the writer finished her action by distributing the same test items with pre-test to the students. The total was four meetings in reading activity by applying PARS strategy. The result of post-test showed that the total of students’ score was 2257 and the mean was 70.53.
            The analysis of students’ data, the scores for both pre-test and post-test can be seen in the following table:
Table 6
The Result of Analysis Data

Value
Score

Pre-Test
Post-Test
424
676
44.16
70.53
SD
2.38
S
0.42
T
-62.78
DF
31

From the table 6 above, it is seen clearly that there was a significant difference of summation of score and mean score between pre-test and post-test. There was difference between the result of pre-test and post-test. The difference was 26.37 points. Therefore, the students’ ability increased more than half of the students in the classroom could reach the criteria of successful on minimum standard of achievement in SMA Negeri 2 Bangkinang. The criteria of successful on minimum standard of achievement in SMA Negeri 2 Bangkinang is 60.
            Based on the calculation above, it can be seen that the score of pos-test better than the score of pre-test. In other words, the use of PARS Strategy gives effect to improve students’ reading comprehension in recount text. After finding the mean score, the writer calculated the sum of the difference between the pre-test and post-test score (D) and quadrate difference score (D²). The sum of the difference score was 252 and the quadrate difference score was 2144. Then, the writer calculated the standard deviation and standard error of the data. The standard deviation of the students was 2.38 while the standard error was 0.42.
After calculating the standard error, the match t-test could be calculated. The result of calculation of the t-test was 62.78. The last calculation was to find out the degree of freedom, it was 31. The alpha was set as 0.05 for two tail test. The critical value was 62.78. Therefore, t-observe was higher than t-critical (62.78>2.04). It proves that the use of PARS Strategy in teaching reading comprehension can improve students. The highest increasing was 13 points and it was one student. Moreover, the lowest increasing was 4 points and it was only one student too.

CONCLUSIONS AND SUGGESTION
Conclusions
            Having all the data calculation  the research about the use of PARS strategy in improving reading comprehension of the first year students at SMA Negeri 2 Bangkinang in chapter IV, it is found out that, firstly, there is different achievement between the students’ score in the beginning (before the treatment by using PARS) and at the end (after the treatment). In the beginning the ability of students in comprehending the reading text is still low. Therefore, the result could not reach the minimum standard of achievement at SMA Negeri 2 Bangkinang.
            Secondly, the use of PARS in reading comprehension could increase students’ ability in comprehending the reading text. The result of the data showed that the results of students’ score were improved. There was significant improvement between pre-test and post-test. Therefore, most of students could reach the successful on minimum standard of achievement at SMA Negeri 2 Bangkinang. The ability of students was increased from poor to average to good level.
            And finally, the action has been conducted in one cycle with four meetings. 2 meeting in teaching reading by using personal recount and 2 meeting by using biographical recount. Due to the criteria of successful on the minimum standard of achievement could be reached in one cycle.

Suggestion
            Related to the result of the research finding at the end of writing, the writer wants to offer some suggestions. Firstly, the use of PARS strategy to improve students’ reading comprehension made teaching reading more enjoyable. Then, working group activity in PARS gives more opportunities for students to be active in learning process. Next, teachers can use PARS to improve reading comprehension ability for students. Finally, teachers should be more creative in teaching reading by PARS strategy. The way of teaching should be interesting for students. 

BIBLIOGRAPHY
Carrel, P, Devine, J and Eskey, D. 1998. Interactive Approaches to Second Language Reading. USA. Sevents Printing. Cambridge University Press.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta. Depdiknas.
Hartono, R. 2005. Genres of Texts. Semarang State University.
Hornby, A.S. 1995. Oxford Advance Learners Dictionary. Fifth edition. British. Oxford University Press.
Sue, S and K. Wood. 2005. Targeting Information Text. Retrieved on January 02, 2010, from (http://books.google.co.id).